Teringat di masa sekolah dasar dulu, rumah adat di Indonesia yang beraneka ragam seturut suku dan budayanya, mesti dihapalkan dengan mengkliping gambar-gambarnya. Kini, dengan segala kemajuan yang ada, kita dapat melihat dengan jelas dan mempelajari kedalaman filosofinya melalui berbagai media. Bukan hal mustahil suatu hari nanti, Desa Sasadu di Maluku Utara ini bisa Anda jadikan sebagai destinasi liburan.
[caption id="attachment_1802" align="aligncenter" width="640"]
Sungguh mengagumkan, tak hanya keajaiban alam saja yang menjadi surga tersembunyi di wilayah Timur Indonesia ini. Kebudayaan yang dipunyai Indonesia ini pun menjadi kekayaan tersendiri yang layak untuk dijaga kelestariannya. Ada makna filosofi, adat, dan bdaya Suku Sadu yang tersirat dalam rumah adat Sasadu ini.
Atap kayu rumah adat Sasadu yang diukir, memiliki bentuk haluan dan buritan perahu di kedua ujungnya. Bubungan tersebut melambangkan perahu yang sedang berlayar karena suku Sahu suka berlayar mengarungi samudera. Digantungkan pula dua buah bulatan yang dibungkus ijuk. Bulatan itu melambangkan simbol dua kekuatan supranatural untuk membinasakan dan melindungi.
Rumah adat Sasadu tak memiliki pintu. Tak ada pula dinding penutup pada sisi-sisinya. Terdapat enam jalan masuk sekaligus jalan keluar. Setiap jalan dikhususkan untuk orang-orang tertentu. Masing-masing dua jalan keluar masuk khusus perempuan, lelaki, dan para tamu.
Bagian ujung atap rumah adat suhu Sahu ini memang sengaja dibuat lebih pendek dari langit-langit. Supaya siapa saja yang masuk harus menundukkan kepala. Ini dibuat untuk mengingatkan orang agar selalu hormat dan patuh terhadap adat istiadat.
[caption id="attachment_1803" align="aligncenter" width="600"]
Suku Sahu menjunjung tinggi dan sangat menghargai penduduk wanitanya. Terlihat dari bagian dalam rumah adat Sasadu, selain dego-dego (dipan bambu) untuk duduk, tersedia dua meja, satu meja untuk perempuan di bagian depan, di belakang satu meja lagi untuk lelaki. Penempatan ini berarti bahwa wanita akan didahulukan dan laki-laki selalu melindungi dari belakang.
Hebatnya, rumah ini disusun dengan menggunakan paku kayu dan tali yang berasal dari kulit pepohonan. Membangun rumah adat Sasadu inipun tak boleh sembarang, karena harus dilakukan dari arah Timur ke Barat.
Meskipun kini zaman sudah maju, namun masyarakat Desa Sasadu dan pemerintah setempat tetap menjaga dan melestarikannya. Menurut liputan6.com, hal ini dibuktikan dengan dimasukkannya kebudayaan ini dalam rangkaian Festival Teluk Jailolo, setiap tahunnya.
0 comments