[caption id="attachment_2036" align="aligncenter" width="4608"]
Menurut laman ndtv.com, “Rainbow Grandpa” berjarak setengah jam dari Kota Taichung, Taiwan. Dalam ulasan The 'Rainbow Grandpa' Saving a Taiwan Village With Art, diceritakan bahwa ada kawasan perkampungan yang awalnya terbilang kumuh dan akan diratakan dengan tanah. Namun, karena kegigihan seorang seniman sekaligus veteran perang bernama Huang Yung-fu, akhirnya perkampungan itu menjadi indah dan dikunjungi oleh banyak wisatawan.
Huang Yung-fu dengan begitu ulet dan bekerja sedemikian keras, berusaha melukis tembok-tembok perkampungan kumuh itu dengan berbagai imaji seni yang menawan. Ia, bahkan mengalami luka pada kaki, karena terlalu lama melipatnya demi melukis setiap tembok perkampungan. Ia menggunakan imajinasinya untuk mewarnai tembok-tembok kumuh dengan hiasan hewan, alam, motif dan berbagai macam dalam gayanya sendiri. Hal itu, tidak akan pernah ia bayangkan akan memberinya banyak perhatian dari orang-orang sekitar Taiwan, bahkan akhirnya menarik perhatian wisatawan dari negara lain. Orang-orang yang datang, bahkan merasa seperti di wonderland.
[caption id="attachment_2038" align="aligncenter" width="4608"]
Semacam “Rainbow Grandpa” tentu bisa Anda temukan juga di kota Semarang sekarang yang dikenal dengan sebutan kampung pelangi. Awalnya perkampungan Gunung Brintik Randusari Semarang terkesan begitu kumuh, namun berkat upaya dari pemerintah kota dan warga, jadilah kampung tersebut sebagai kampung yang indah dan mempunyai nilai jual wisata.
Dalam laman bbc.com, dikatakan bahwa proyek kampung pelangi bermula dari rencana perbaikan Pasar Bunga Kalisari yang diinisiasi pemerintah kota. Perbaikan pasar bunga itu dinilai oleh pemerintah kota tidak akan indah, jika kampung yang berada di belakangnya masih kotor dan kumuh. Maka, berjalanlah proyek yang ditaksir menelan biaya sekitar 3 milyar untuk menghias kampung itu dan menyulapnya menjadi kampung pelangi. Harapannya, kampung pelangi dapat menjadi model untuk mengentaskan kemiskinan dan menata pembangunan masyarakat miskin kota.
0 comments