Tari Babukung itu dikabarkan tampil hingga tiga kali saat pembukaan, karnaval, dan penutupan, dan terus membuat penonton terpukau. Antusiasme Masyarakat Solo sangat luar biasa, sehingga Tari Babukung yang dinilai unik, klasik, natural, dan menarik.
[caption id="attachment_2308" align="aligncenter" width="800"] Bukung-bukung dalam Tarian Babukung. (foto: tgifmag.com)[/caption]
Tari Babukung sendiri sebenarnya memiliki filosofi yang amat kuat. Manurut Borneonews.co.id, setidak-tidaknya ada dua makna yang terkandung dalam kegiatan ritual Tari Babukung sebagai sebuah tradisi masyarakat adata Dayak dengan kepercayaan keharingan terdahulu. Yakni, saling membantu (bersedekah kepada keluarga korban yang ditinggal mati), dan makna berbagi yang dituangkan dalam bentuk menghibur orang yang bersedih ditinggal keluarga yang meninggal dengan tarian-tarian lucu.
Para penari dari Tarian Babukung disebut Bukung. Para Bukung, menurut tgifmag.com, mengenakan Iuha’ ata topeng yang mencirikan 12 hewan dan karakter khas Lamandau. Mulai dari bukung buaya, anjing, udang, tingang (burung rangkong), betet (burung nuri), kelelawar, naga, rusa, bukung belanda, hingga bukung hantu. Yang terakhir ini nampak seram karena muka hantu topeng kayunya didominasi warna merah dan hitam, dan pemakainya berselimut baju dari ijuk. Bukung sendiri berarti hantu.
[caption id="attachment_2309" align="aligncenter" width="800"] Bukung hantu dalam Tarian Babukung. (foto: tgifmag.com)[/caption]
Festival Babukung sendiri diselenggarakan menjadi festival tahunan yang digelar di Nanga Bulik, ibu kota Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Singkatnya, menurut Wikipedia, Festival ini berawal dari Babukung merupakan sejenis tarian ritual adat kematian Suku Dayak Tomun di Lamandau. Tarian ini menggunakan topeng dengan karakter hewan tertentu yang disebut Luha, sedangkan para penari disebut Bukung. Bukung-bukung ini datang dari desa tetangga atau kelompok masyarakat dengan tujuan menghibur keluarga duka sembari menyerahkan bantuan. Melihat keunikan dan keeksotisan Babukung, Pemerintah Kabupaten Lamandau mengangkatnya menjadi salah satu agenda rutin festival budaya. Hasilnya ternyata cukup menggembirakan, perhatian dari masyarakat dan turis baik lokal maupun mancanegara sangat antusias.
[caption id="attachment_2310" align="aligncenter" width="800"] Tari Babukung dengan filosofi mendalam bagi kehidupan bersama dalam masyarakat dan yang perlu dilestarikan. (foto: tgifmag,com)[/caption]
Namun demikian, adapun Tari Babakung yang berusaha dilestarikan saat ini dengan bentuk festival atau semacamnya adalah seni pertunjukkan. Sehingga murni mengambil intisari dari sisi seni dan budayanya, tidak pada sisi kesakralan pelaksanaan tradisinya. Sehingga, yang ditonjolkan salahsatunya adalah seni ukur, koreografo, keunikan kostum, iringan musik dan lain sebagainya.
Memang, lewat budaya ini kita jadi tahu, begitu banyak jenis topeng di Indonesia, juga ritual kepercayaan yang begitu kaya dimiliki oleh Indonesia. Luar biasa membanggakan, bukan?
0 comments