Thursday, August 24, 2017

Keunikan Peyek Tumpuk Khas Bantul Yogyakarta

Adalah Mbok Tumpuk yang lahir di tahun 1942 di dusun Badegan, Bantul, Yogyakarta. Berbekal kemampuan yang diperoleh secara turun-temurun, pada tahun 1975 Mnok Tumpuk mencoba memproduksi geplak dan menjualnya. Perempuan tersebut memang lahir dari keluarga yang kesehariannya membuat geplak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Geplak adalah makanan yang terbuat dari kelapa dicampur gula pasir, saya sendiri lebih suka geplak gula jawa, dan sekarang sulit dicari.

Singkat cerita, berkat keuletan dan kerja kerasnya, usaha yang hanya bermula dengan membuat geplak telah berkembang menjadi toko oleh-oleh besar dengan dua produk andalan berupa geplak, jajanan tradisional khas Bantul, dan nama Mbok Tumpuk makin dikenal dan identik dengan oleh-oleh khas Bantul.

Dilansir dari www.mboktumpuk.com, seringnya Mbok Tumpuk membikin aneka makanan dai tahun 80-an, Mbok Tumpuk mencoba melakukan inovasi dengan membuat makanan yang bahan bakunya dari kacang tanah, tepung beras santan, dan bumbu dapur hingga dibikinlah peyek yang unik, berbeda dari peyek pada umumnya yang biasanya bulat dan pipih, ini dibuat dengan bentuk yang tidak beraturan, seperti bongkahan seolah bertumpuk-tumpuk. Hal inilah yang membuat respon masyarakat luar biasa dan malah menjadi khas dari Mbok Tumpuk. Maka, hingga kini bentuknya masih dipertahankan, bahkan menjadi ciri khas.

[caption id="attachment_2170" align="aligncenter" width="1600"] Suasana memasak peyek tumpuk yang masih tradisional. (foto: jajananjogja.com)[/caption]

Tidak hanya bentuknya yang masih dipertahankan, menurut Tribunews,com, bahan baku yang digunakan pun masih dipertahankan seperti saat pertama kali peyek ini dibuat. Diungkapkan Yahadi (49) karyawan Mbok Tumpuk yang sejak tahun 1984 bertugas memproduksi peyek, beras yang digunakan untuk membuat tepung pun tidak bisa sembarangan.

Beras yang digunakan adalah jenis IR 33. Sebelum digiling menjadi tepung, beras tersebut direndam terlebih dahulu selama semalam. Lebih lanjut dikatakan, untuk membuat adonan peyek, tepung beras tersebut dicampur dengan sejumlah bumbu seperti, kemiri, ketumbar, kencur, serta ditambahi telur kemudian diadoni menggunakan santan.

Setelah adonan siap, kacang tanah dimasukan, baru kemudian digoreng. Proses penggorengannya pun hingga tiga kali dengan menggunakan dua buah wajan. Tahap pertama ialah pembentukan peyek. Tahap kedua penggorengan hingga kering. Setelah peyek didinginkan semalam, pada hari berikutnya peyek digoreng kembali hingga kering.

"Pada proses penggorengan pertama dan kedua, suhu minyak di masing-masing wajan juga berbeda. Di wajan pertama minyaknya lebih panas. Di wajan kedua tidak perlu terlalu panas, karena jika terlalu panas nanti gampang gosong," ungkap Gudel.

Selain bentuk, yang juga spesial dari peyek ini adalah jumlah kacangnya yang banyak di setiap bongkahanya. Bagaimana tidak, perbandingan antara tepung beras dan kacangnya satu banding dua. Jadi setiap satu kilo tepung beras, diberi campuran dua kilo kacang tanah.

Dalam sehari Gudel menghabiskan 50 kilogram tepung beras dan sekitar 90 kilogram kacang tanah. Bahkan pada hari libur panjang, jumlahnya bisa meningkat hingga dua kali lipat. Sama seperti membuat geplak, peyek pun masih diproduksi dengan cara tradisional menggunakan tungku kayu bakar.

Kedua jenis panganan produksi dari dapur Mbok Tumpuk ini hanya bisa anda dapatkan di toko oleh-oleh Geplak Mbok Tumpuk yang berada jalan KHA. Wahid Hasyim No.104 Bantul. Kedua oleh-oleh legendaris ini tidak dijual di tempat lain.
Load disqus comments

0 comments