Kami menuju Jalan Tirtayasa, Bandung ketika cuaca mendung. Lalu berhenti di sebuah rumah yang bertuliskan Tulang Jambal dengan kalimat slogan di bawahnya: my eat and travel story.
Sesore ini masih banyak orang yang makan di restoran itu. Sambil makan, mereka berbincang dengan seru. Kami bertiga masuk, duduk, dan memesan makanan yang tertera pada menu.
Tanpa perlu berlama-lama kami sepakat memesan menu yang sama. Paket nasi tulang jambal dan tempe tahu. Juga tiga gelas teh tawar panas tak terlupa.
[caption id="attachment_1074" align="aligncenter" width="702"] rmuah makan tulang jambal, foto: myeatandtravelstory.wordpress.com[/caption]
Pesanan kami datang tak terlalu lama. Warna merah merona membalut tulang jambal yang terhidang. Tentu saja itu warna cabai merah yang diolah menjadi sambal. Tulang jambal dan sambal. Menantang.
Aih! Pedas nian. Sepertinya rasa pedas tingkat tinggi ini berasal dari jenis cabai yang digunakan. Jika diperhatikan dengan seksama ada biji-bijian berwarna hitam menyatu di dalam sambal. Itu berasal dari cabe gendot. Konon kabarnya, cabe gendot ya begitu itu. Pedas tanpa ampun.
Selain tulang jambal, ada tambahan tempe bacem dan tahu goring. Tapi ya keduanya tidak menjadi fokus saya kali ini. Tulang jambal adalah yang utama. Sampai-sampai tulang-tulang tak berdaging itu (namanya juga tulang kan) kandas lebih dulu sebelum nasi habis. Untung saja teman saya memahami kerakusan saya, ia pesan satu porsi tulang jambal lagi.
[caption id="attachment_1073" align="aligncenter" width="800"] tulang jambal, foto: travel today[/caption]
Tulang jambal memang benar-benar terdiri dari tulang ikan jambal dengan sisa daging ikan yang masih menempel. Kemudian diolah dengan tumisan cabai, tomat, dan lada hitam. Pengolahan seperti itu membuat tulang ikan terbebas dari bau anyir dan rasa asin yang berlebihan. Enak.
Sepaket nasi tulang jambal pesanan kami dibanderol dengan harga Rp 35.000,- dan teh tawar panas mesti ditebus dengan harga Rp 5.000,-. Menurut saya harganya pantas. Sebanding dengan rasanya yang pas.
[caption id="attachment_1075" align="aligncenter" width="1000"] rumah makan tulang jambal, foto: destinasibandung.co.id[/caption]
Rumah Makan Tulang Jambal ini buka setiap harinya mulai pukul 10 hingga 17 waktu setempat. Selain di Jalan Tirtayasa ada pula lokasi lain di Bale Balantik, Jalan Cisangkuy, Bandung. Anda dipersilakan memilih. Tetapi satu hal yang pasti, anda akan punya cerita tersendiri saat meninggalkan situs kuliner yang satu ini.
Tulang jambal: sedap!
Johanes Indra, traveltoday
0 comments