Ada dua tempat yang menjadi pusat perayaan tahun baru di Tokyo, yaitu di Disneyland laiknya Ancol di Jakarta dan Shibuya Cross pusat keramaian di tengah kota sama seperti Bundaran HI di Jakarta.
Namun yang membedakan tentu saja banyaknya turis yang datang dari seluruh dunia untuk merayakan tahun baru di kedua tempat ini, sedangkan di Jakarta dipenuhi oleh warga Jakarta dan sekitarnya serta turis domestik yang datang dari berbagai daerah.
Pilihan pertama kami adalah Disneyland karena dari beberapa referensi yang saya baca banyak atraksi menarik disana. Dari hotel tempat kami menginap kami berangkat jam 9 malam dan cuma 30 menit sudah sampai di lokasi. Tidak ada kemacetan sama sekali dan sepanjang jalan benar-benar sepi. Tidak ada ramai-ramai kendaraan berlalu lalang seperti malam tahun baru di Jakarta. Suasana Benar-benar sepi, tidak ada bedanya dengan malam-malam lain di musim dingin di Tokyo.
[caption id="attachment_960" align="aligncenter" width="960"] Zahrudin Haris sedang berfoto di depan Disney Land[/caption]
Sampai di pintu masuk Disneyland barulah terlihat orang antri untuk masuk namun tetap tidak seramai Ancol, tidak ada kemacetan di pintu masuk dan semua antri dengan tertip. Saya langsung menuju loket pembelian tiket dan bertanya kepada petugas yang menjaga antrian. Saya sangat terkejut ketika dia bilang bahwa tiket sudah sold out dari tiga hari sebelumnya. Untuk tempat yang sangat luas itu, mereka hanya menjual sebanyak lima ratus ribu tiket dan itupun dijual secara online di banyak negara. Pantas saja saya lihat lebih banyak warga negara asing yang datang daripada warga asli jepang atau penduduk Tokyo.
Dengan perasaan yang lumayan kaget, kecewa serta agak kesal juga karena tidak pesan tiket secara online dulu dan meremehkan dan menyamakan seperti tempat hiburan di Jakarta yang selalu menjual tiket sebanyak-banyaknya sampe orang tidak dapat bergerak dan tidak pernah ada kata sold out.. hehe..
Disini semua dibatasin sehingga orang tetap bisa nyaman bergerak kesana kemari, tidak terlalu padat dan bisa menikmati atraksi yang sudah disiapkan oleh pihak disneyland sebagai penyelenggara acara.
Saya jadi teringat dua tahun lalu yaitu waktu perayaan tahun baru 2015. Waktu itu saya berada di Sidney Australia. Karena saya juga pelaku usaha yang bergerak di bidang Event Organizer, maka saya selalu memperhatikan dan belajar banyak dari semua event yang saya kunjungi. Termasuk event penyelenggaraan tahun baru ini.
Perayaan tahun baru di Sidney merupakan perayaan dengan pesta kembang api terbesar di dunia disamping Dubai dan New York. Menurut informasi dari penyelenggara acara dan juga baca di beberapa media bahwa jutaan orang selalu datang ke Sidney untuk ikut merayakan tahun baru dan menonton kembang api yg spektakuler di atas Sidney harbour Bridge, Opera House dan Darling Harbour. Maka agar dapat tempat, jam 12 siang saya sudah menuju Gedung Opera House yang merupakan titik sentral perayaan tahun baru di Sidney. Ternyata antrian sudah sangat panjang, dan tempat di gedung opera house maupun di dekatnya sudah penuh.
Mereka membagi-bagi tempat yang dibatasi dengan barikade yang cukup tinggi, Setiap kotak-kotak yang telah dibatasi sepanjang Opera House sampai ke Sidney Harbour Bridge dan Darling Harbour, diisi dengan jumlah orang yang terbatas sesuai dengan luas tempatnya. Saya melihat ada pintu penjualan tiket dan ternyata itu adalah tiket untuk masuk ke restaurant dan cafe di sekitar Opera House. Mau tau harganya berapa?? $400 Australia per orang, hampir setara dengan juta rupiah. Cuma untuk duduk dan satu botol minuman. Makan harus bayar lagi. It's amazing.. (untuk lebih detailnya baca tulisan saya tentang Menikmati malam tahun baru di Sidney).
[caption id="attachment_961" align="aligncenter" width="960"] puncak tahun baru di Shibuya[/caption]
Kita kembali ke Tokyo..
karena tidak dapat tiket akhirnya kami memutuskan untuk ke Shibuya. Agar cepat tiba di lokasi kami kembali memakai taxi yang sangat mahal di kota Tokyo ini, mungkin salah satu yang termahal di dunia. Satu kali buka pintu itu sudah kena 730 ¥, hampir seratus ribu dan untuk jarak yang hanya 12 km, kami merogoh kocek sebesar 6000 ¥ yang kalau dirupiahkan kurang lebih tujuh ratus ribu rupiah. Betapa taxi di Jakarta itu sangat murah.
Sepanjang jalan dari Disneyland ke Shibuya jalanan lancar dan sangat sepi. Sampai di Shibuya pun tidak ada kemacetan malah cenderung sepi jika dibandingkan dengan siang hari di shibuya yang sangat padat. Saya sempat bertanya kepada sopir taxi yang membawa kami. Dia bilang masyarakat Jepang tidak terlalu peduli untuk perayaan tahun baru. Mereka cuma libur dari tanggal 29 desember dan kembali kerja tanggal 2 Januari. Dan kesempatan libur itu mereka manfaatkan untuk liburan keluar kota atau pulang kampung. Bukan untuk merayakan tahun baru.
Saya sempat ragu karena tidak ada tanda-tanda akan ada perayaan tahun baru disini. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu sambil makan di restaurant yang jaraknya cuma 20 meter dari Shibuya Cross.
Setelah waktu menginjak pukul 11 malam, barulah tampak keramaian yang terjadi. Manusia mulai tumpah ruah dari segala arah. Perempatan jalan yang tadi terbuka sudah ditutup dan Kendaraan sudah tidak boleh lewat. Di tengah jalan sudah mulai penuh orang yang berdatangan dari mana-mana. Dan ketika saya perhatikan lebih banyak turis mancanegara dari pada warga lokal Jepang. Paling banyak dari China, India, Eropa, Arab dan tentu saja turis asal Indonesia yang membaur dengan warga dunia lainnya.
Layar-layar TV raksasa yang berada di gedung-gedung yang melingkari Shibuya Cross menayangkan banyak iklan produk dengan gambar yang sangat semarak dan berwarna warni. Billboard-billboard raksasa yang menyala dan Lampu gedung-gedung ikut menambah semarak suasana.
Suara orang yang ngobrol dan teriakan-teriakan happy new year mulai menggema. Dan ketika waktu menunjukkan pukul 11.45 malam, layar tv-tv raksasa tersebut mulai menayangkan pejabat-pejabat Tokyo dan Shibuya khususnya juga artis-artis Jepang serta masyarakat yang secara random direkam di Shibuya beberapa hari sebelumnya mengucapkan harapan-harapan mereka untuk tahun 2017 dan juga mengucapkan selamat tahun baru untuk semua orang yang ada di Shibuya.
[caption id="attachment_959" align="aligncenter" width="960"] kepadatan pada malam tahun baru di Shibuya[/caption]
Dan waktu yang dinanti tiba. Ketika TV-TV raksasa mulai menayangkan hitung mundur dari 10.. 9.. 8.. 7.. 6.. 5.. 4.. 3.. 2.. 1.. yang diikuti oleh semua orang yang ada disana dengan semangat dan kegembiraan yang luar biasa. Saya menunggu bunyi ledakan dan percikan warna warni kembang api di udara.... dan ternyata... itu tidak terjadi. Tak ada kembang api di pesta perayaan tahun baru di Tokyo, khususnya di Shibuya. Begitu angka satu terakhir diucapkan, semua langsung berpelukan dengan teman-temannya dan mengucapkan selamat tahun baru. Kemudian bersenang-senang bahkan ada yang berjoget-joget gembira bareng teman-temannya seperti anak kecil yang dapat mainan baru. Lucu juga melihatnya hehe...
Saya jadi teringat dengan bundaran Hotel Indonesia dan Monas di Jakarta. Yang tentu saja sangat ramai dan berisik dengan suara kembang api, petasan dan juga bunyi klakson mobil yang bersahutan. Saya jadi membayangkan, jika saja gedung-gedung di sekitar bundaran Hotel Indonesia seperti Menara BCA, Wisma Nusantara, The Plaza, Hotel Grand Hyat, Hotel Kempinsky, Hotel Pullman, Hotel Mandarin, Grand Indonesia dan juga Plaza Indonesia ikut secara bersama merayakan tahun baru dengan memasang layar-layar TV raksasa dan ikut menggandeng sponsor tentu banyak produk yang akan mau bergabung. Kapan lagi iklan mereka ditonton secara bersama oleh ratusan ribu pasang mata yang bergembira menantikan pergantian tahun tampa bisa mengganti chanelnya hehe..
Jika itu terjadi tentu saja malam tahun baru di Jakarta akan makin meriah, sama dengan yang terjadi di kota-kota besar lainnya seperti New York dengan NYC nya, Sidney dengan Opera House dan Sidney harbour Bridge nya, Dubai dengan Burj Of Khalifa-nya dan Tokyo dengan Shibuya Cross-nya. Jika dipromosikan secara besar-besaran, tentu akan banyak wisatawan mancanegara yang mendatangkan devisa bagi negara dan berimbas secara langsung pada bisnis pariwisata di Indonesia terutama hotel, restaurant, transportasi juga produk-produk kerajinan rakyat.
Semoga saja di tahun-tahun mendatang perayaan tahun baru bukan hanya sekedar seremoni perayaan saja namun juga menjadi salah satu nilai jual pariwisata di Indonesia umumnya dan kota Jakarta khususnya yang akan mendatangkan wisatawan lokal dan mancanegara yang tentu saja akan menambah pundi-pundi penghasilan warga Jakarta, mulai dari pedagang kaki lima sampai pemilik restaurant dan hotel bintang lima dan berimbas juga terhadap tempat-tempat pariwisata di Jakarta seperti TMII, Monas, Ancol, Ragunan, Kebun buah Mekarsari juga musium-musium yang sangat banyak di Jakarta yang tidak kalah cantiknya namun saat ini dikelola ala kadarnya karena kurangnya biaya dan sedikitnya orang berkunjung kesana.
Semoga..
Zahrudin Haris, Travel Today
0 comments