Sayangnya, turis Indonesia ke Vietnam umumnya “mentok” di selatan yaitu di Ho Chi Minh City (HCMC), mungkin karena pesawat direct dari Indonesia adanya rute Jakarta-HCMC. Padahal banyak yang bisa di-explore di wilayah tengah dan utaranya yang merupakan tempat kedelapan situs UNESCO World Heritage Site. Ke tengah bisa dimulai di Da Nang, ke utara bisa dimulai di Hanoi.
Da Nang
Da Nang adalah kota terbesar di Central Vietnam. Dulunya Da Nang adalah pusat air baseAS saat Perang Vietnam, namun saat ini ia adalah kota yang paling modern dibanding kota-kota lainnya di Vietnam. Berada di sana serasa di negara maju karena bangunannya relatif baru dan bersih. Da Nang berpusat di Sungai Han yang dihubungkan dengan 2 jembatan cantik, yaitu Tran Thi Ly Bridge yang menyerupai layar kapal dan Dragon Bridge yang berbentuk naga. Pada malam hari, kedua jembatan tersebut menyala berwarna-warni jadi kece untuk difoto. Bahkan sekarang sudah ada Sun Wheel, kincir raksasa setinggi 115 meter.
Da Nang merupakan hub untuk mengunjungi situs bersejarah yang terdaftar dalam UNESCO Heritage Site seperti Hue (istana kekaisaran yang mirip Forbidden City di Beijing), Hoi An (kota kuno abad 15-19) dan My Son (kompleks candi Hindu abad 4-14). Alasan lain turis ke Da Nang adalah berwisata pantai. Di timur kota Da Nang terdapat pantai panjang berpasir putih, lengkap dengan resor mewah – bahkan masuk ke dalam salah satu dari World’s Most Luxurious Beach versi Forbes. Bisa dikatakan Da Nang adalah Bali-nya Vietnam, disukai turis asing maupun lokal. Event MICE (Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions) berskala internasional pun sering diadakan di sana, seperti BMTM Danang 2016.
Highlight pariwisata Da Nang adalah Marble Mountains yang merupakan rangkaian 5 bukit yang kalau diterjemahkan bernama Gunung Tanah, Air, Api, Kayu dan Besi – masing-masing terdapat gua dan patung Buddha. Kalau punya waktu sebentar, pilih ke Thuy Son (Gunung Air) aja karena bisa naik pakai lift. Pemandangan dari puncaknya keren! Sedangkan situs pariwisata terbaru yang tak jauh dari Da Nang adalah Than Tai Hotspring. Luasnya 165 hektar di kaki gunung, terdiri dari berbagai macam kolam pemandian air panas dan air dingin, termasuk onsen ala Jepang.
Hanoi
Dibanding HCMC yang kota bisnis, saya lebih suka Hanoi yang lebih tradisional, lebih hijau, dan cuaca lebih sejuk. Ada banyak museum dan temple di Hanoi, yang terkenal di antaranya adalah Ho Chi Minh Mausoleum, Ho Chi Minh Museum, dan Temple of Literature. Yang terbaru saya kunjungi adalah Museum of Ethnology tentang budaya suku-suku di Vietnam. Tapi sekedar jalan kaki atau nongkrong di sekitar Old Quarter dekat Hoan Kim Lake aja saya betah. Soal kuliner, di mana pun di Vietnam sih saya doyan, tapi di Hanoi lah mie Pho(dibaca “fe” dengan e pepet) diciptakan.
Atraksi utama di Hanoi adalah menonton Water Puppet alias pertunjukan wayang di air. Namun setahun ini ada atraksi baru, yaitu Ionah Show. Semacam pertunjukan Cirque du Soleil yang mencampurkan drama, aneka tari termasuk aireal dance, dan sirkus tanpa binatang. Meski plot ceritanya kurang jelas, saya acungkan jempol untuk para performers dan artistik panggung.
Tidak afdol ke Hanoi kalau tidak mengunjungi Ha Long Bay yang merupakan UNESCO Heritage Site. Untuk ketiga kalinya saya ke sana dan saya tetap kagum! Meski sama-sama terdiri dari ribuan pulau bertebing karst, berbeda dengan Raja Ampat, di Ha Long pulau-pulaunya lebih rapat satu sama lain dalam area yang lebih kecil. Berlayar naik junk boat (kapal tradisionalnya) cuma 15 menit aja udah memasuki gugusan kepulauannya. Di sebagian pulau terdapat gua-gua superluas yang bisa dimasuki dengan berbagai bentuk stalaktit dan stalagmit yang aneh. Ditambah lagi desa-desa apung para nelayan lokal yang masih tradisional. Jadi memang keren dan berkesan magis.
Selain perbukitan karst di Ha Long yang berada di laut, ada juga yang berada di darat, yaitu di Trang An Scenic Landscape Complex. Baru masuk daftar UNESCO Heritage Site pada 2014, Trang An dikelilingi sawah, hutan hijau, dan bukit-bukit karst setinggi sampai 200an meter. Menikmati pemandangannya, kita harus naik kapal kecil kapasitas 4 orang yang didayung oleh seorang ibu-ibu menyusuri sungai selama 3-4 jam. Kerennya lagi, selain bisa mengunjungi kuil-kuil Buddha, sambil naik kapal kita juga diajak keluar-masuk gua-gua sempit sampai badan harus menunduk takut nabrak stalaktit – tidak disarankan bagi penderita claustrophobic!
Tips
- Vietnam bisa dikunjungi sepanjang tahun. Kalau tidak mau rame, hindari ke Vietnam pada musim panas Juni-Agustus karena pas musim liburan anak sekolah Vietnam. Harap diingat, di Hanoi pada musim winter Desember-Februari suhunya bisa di bawah 10°C dan sering tertutup kabut.
- Lebih baik menukar mata uang US Dollar ke Vietnamese Dong seluruhnya. Meski sebagian toko bisa menggunakan Dollar, tapi lebih untung membayar dalam Dong karena di toko 1 USD dihargai 20.000 Dong padahal kurs 1 USD = 22.500 Dong (kurs Juni 2016).
- Wi-Fi gratis banyak tersedia di Vietnam, kecepatannya pun lebih kencang daripada Indonesia. Namun bila ingin membeli SIM Card, beli aja di bandara yang banyak pilihan. Paket data 3G sebesar 5 Giga sekitar 100.000 Dong.
- Dari Jakarta penerbangan ke Da Nang dan Hanoi bisa menggunakan Vietnam Airlinesdengan transit di Ho Chi Minh City.
- Informasi pariwisata Vietnam, bisa dibaca di www.vietnamtourism.com
sumber: naked-traveler.com
0 comments